Langsung ke konten utama

Seatap Serumah Sebulan

Tepat satu tahun kurang satu bulan yang lalu. Langkah menjejak di salah satu kewajiban sebelum masa berkuliah paripurna. Kuliah Kerja Nyata (KKN). Menuruti Tri Darma Perguruan Tinggi yang sudah hafal di luar kepala sejak pertama kali masuk. Definisinya sudah tidak perlu dijelaskan lagi. Kita lebih ingin melihat kehidupan pra, selama, dan pasca KKN nya yang begitu bervariasi. Tulisan ini juga sekaligus mengandung pesan yang semoga berguna untuk menjalani kehidupan satu bulan ke depan. 

Masa-masa Penuh Dinamika

KKN berarti pertemuan antar berbagai macam latar belakang yang berbeda. Sejatinya bukan hanya sekedar pertemuan, karena selama berkuliah pun juga sudah bertemu. KKN  lebih dari itu. Hidup seatap serumah bersama dalam jangka waktu satu bulan (atau lebih). Melakukan segala aktivitas bersama, makan bersama, sedih atau senang bersama. Semua hal akan dilalui bersama. Jika dalam kesendirian kita saja sudah begitu banyak masalah. Apalagi jika melibatkan banyak orang? Mungkin tidak akan susah bagi yang tinggal di kontrakan atau di asrama (dengan jumlah orang yang banyak). Tapi tetap saja dalam KKN ini masalah yang ditimbulkan lebih kompleks, semua anggota kelompok pasti dilibatkan dan mau tidak mau memang harus terlibat. 

Satu hal yang harus dipahami adalah, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan! Seberat dan segenting apapun itu. Hadapi dengan kepala dingin. Jangan langsung berburuk sangka apalagi melakukan keputusan mendadak berlandaskan emosi. Bicarakan semua baik-baik. Jika melibatkan banyak orang, buka forum diskusi. Jelaskan masalah supaya bisa dicarikan  jalan keluarnya bersama. Jika melibatkan antar individu, dekati dia, cari teman yang paling dekat dengannya (jangan yang sedang bertikai), bicara dari hati ke hati, berterus terang sangat penting untuk tidak menimbulkan prasangka yang nantinya pasti akan berujung panjang. 

Serba Pertama

Kita tidak bisa memilih teman KKN. Tidak bisa meminta sesuai apa yang kita inginkan. Bisa jadi, dapat teman yang kurang enak, yang kurang bisa membuat kita nyaman, yang kurang bisa diajak kerja sama, punya kebiasaan yang begitu mengganggu. Bagi yang perempuan, mungkin ini pertama kalinya tinggal bersama bukan mahromnya dalam jangka waktu yang lama. Pertama kali memasak untuk mereka, pertama kali merasa 'asing' dengan lingkungan baru. Pertama kali berkenalan dengan orang yang benar-benar tidak dikenal dan memasuki dunia yang sangat berbeda (karena kita akan cenderung berteman dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Entah itu hobi, latar belakang, dan lain sebagainya.

Sebagaimana semua hal ketika ia bermula. Tentu tidak ada yang mudah. Apalagi berada di lingkungan yang tidak kita inginkan, sehingga rasanya ingin cepat-cepat berakhir saja. Buang jauh-jauh pikiran itu. Memang sulit, tapi semua butuh proses. Begitu pula kenyamanan. KKN menjadikan pikiran kita lebih terbuka dengan orang-orang baru, memahami kebiasaan mereka (yang mungkin tidak kita sukai), bagaimana kita bertoleransi, bagaimana tidak berprasangka buruk pada pandangan pertama, bagaimana kita bisa saling memahami kekurangan, kejelekan, atau keburukan mereka. Sekali lagi, semua butuh proses. Dan setiap orang punya kelebihannya masing-masing. Temukan itu, mulailah berinteraksi dengan mereka, mulailah membuka diri. Jika memang ada satu-dua hal yang tidak suka bisa disampaikan, supaya bisa saling mengerti. Buat dirimu senyaman mungkin. 

Awal Perubahan

Ada sedikit kisah yang menarik yang mungkin bisa jadi inspirasi. KKN ternyata memiliki dampak yang signifikan terhadap perbuahan seseorang. Yang sebelumnya jarang sholat, ketika menemukan dirinya berada di antara orang-orang yang rajin ke masjid, lama-lama 'terpaksa' untuk ikut sholat juga. Yang sebelumnya jarang sekali membaca Al-Qur'an, mendengar pagi harinya selalu diperdengarkan bacaan-bacaan surgawi, lama-lama ikut juga. Bahkan, ada yang masih membawa kebiasaan lamanya di KKN (seperti mabuk, merokok, dan lain-lain). Karena ditegur dan dinasehati oleh teman KKN nya, pelan-pelan meninggalkan itu selama sebulan, dan bahkan berhenti hingga sekarang.

Hebat sekali, ketika kita bisa jadi wasilah kebaikan untuk orang lain. Menghindarkan mereka dari hal-hal yang tidak baik. Bukan malah sebaliknya, mengikuti kebiasaan-kebiasaan mereka. Menjadi terlena dan terpelosok di dalamnya. Namun yang harus diingat adalah, jangan pernah memaksakan siapapun untuk melakukan itu. Kewajiban kita hanya mengingatkan, dengan cara yang baik, dengan metode yang santun, syukur-syukur hati mereka bisa tersentuh karena kita :)

Ujian di Titik Terlemah

Bagi lawan jenis yang berada dalam satu rumah. Tentu merupakan ujian bagi mereka. Di sini modus-modus sangat gampang sekali dilancarkan, di sini cari perhatian sangat gampang dilakukan. Tidak sedikit cerita tentang mereka yang mengalami cinta lokasi. Jika bukan dengan sesama teman KKN nya. Mungkin dengan orang-orang desa tempat mereka mengabdi. Hati-hati menjaga hati. Bukan hanya untuk perempuan, tapi juga untuk laki-laki. Syukur jika perasaan yang sudah tumbuh berakhir di ikatan penuh keberkahan, nah jika tidak? Tentu malah jadi sesuatu yang kurang baik. 

Semua anggota harus turut berperan dalam mengatasi masalah ini. Terutama para ketua KKN. Adanya hubungan khusus di tengah-tengah pekerjaan dapat memperlambat semuanya. Satu solusi dari kisah teman, salah satu peraturan yang dibuat adalah dilarang CINLOK. Ketika ada yang terindikasi maka segera diproses atau dijauhkan biar tidak berlarut-larut. Ada pula yang membuat peraturan 'wajib memakai pakaian menutup aurat selama di posko'. Hal-hal sederhana semacam ini penting. Sebagai upaya awal pencegahan. Ketua mempunyai peran penting untuk membuat suasana setertib dan senyaman mungkin bagi anggotanya.  
Melihat Tetangga Sebelah 

KKN terutama yang reguler selalu menimbulkan nyinyir antar sesama. Melihat kelompok lain yang dapat duit lebih banyak, iri. Melihat kelompok lain yang media sosialnya lebih aktif, gregetan. Melihat kelompok lain yang progress kerjanya selesai lebih dulu, berkomentar. Ketahuilah, semuanya tidak ada yang sempurna. Apa yang dilihat belum tentu sebaik itu. Faktanya, ketika mengunjungi posko KKN yang kelompoknya sangat aktif di dunia maya, saat sampai sana ternyata kerjaan mereka juga sama seperti kita :) Yakin terhadap apa yang sudah dijalani, jika tetap membanding-bandingkan maka jadikan itu cukup sebatas motivasi atau inspirasi, bukan malah menjatuhkan kelompok sendiri. 

Fokus terhadap progress program kerja yang sudah direncanakan, di beberapa sisi memang ada kendala, tapi percayalah bahwa itu bagian dari proses, jika memang tidak memungkinkan maka perubahan rencana dapat dilakukan. Karena sifatnya yang serba tidak pasti, maka fleksibilitas program KKN bisa menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan. Jangan mentang-mentang kelompok lain melakukan ini kita jadi ikut-ikutan. Bukan hasil yang terpenting, tapi kebermanfaatan di tengah masyarakat. Apakah program itu benar-benar sesuai dengan kondisi? Apakah akan punya nilai manfaat yang dapat dituai bahkan ketika nanti kita tidak ada?  

Keluarga Baru

Pada akhirnya, kita tetap tidak bisa menghindarkan diri dari masalah. Karena setiap kelompok pasti punya problematikanya masing-masing yang beragam dan menunggu untuk diselesaikan. Jika sudah begini, maka pemahaman bahwa kita 'berangkat dan pulang bersama' harus ditingkatkan kembali. Biasanya, jika sudah begitu crowded, masalah 'nilai' akan dibawa-bawa. ''Bodo amat lah, gua dapet nilai berapa, nggak usah paksa gua untuk kerja lagi.'' Di akhir-akhir biasanya keharmonisan akan kembali diuji. Susah diajak kerja sama, minta pulang duluan, atau bahkan keluar dari kelompok gara-gara ada kasus yang merusak dirinya. Orang-orang seperti ini harus dirangkul. Emosi memang kadang mengalahkan ego diri. Jangan dijauhi, anggap mereka adalah saudara-saudara kita. Adik-adik kita. Kakak-kakak kita. Masalah mereka adalah masalah kita juga, begitu pula sebaliknya. 

Bukan Soal Nilai

Semua kembali bahwa kita berasal dari satu almameter yang sama. Bukan tentang menyelesaikan SKS KKN, bukan tentang formalitas agar bisa mengambil skripsi di semester depan. Ketika sudah menghadapi masyarakat. Maka yang paling penting adalah bertanggung jawab atas mereka, atas kepercayaan yang sudah diberikan, atas tuntutan pengabdian yang harus diselesaikan. 

Jangan semata mencari nilai. jangan hanya ingin memenangkan penghargaan sebagai kelompok KKN terbaik. Namun bagaimana kita dapat membuat air mata mereka jatuh ketika kita akan pergi, bagaimana kita membuat kesan baik di hati mereka. Itu hal yang jauh lebih penting. 



Sumbawa, di tengah hawa yang mendingin. Sedingin harapan-harapan yang jarang kembali dikobarkan :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu Yang Sedang Berjuang

Malam menyapa Sumbawa untuk kesekian kalinya. Seperti biasa, malam dan jalan Sumbawa adalah dua alasan yang cukup untuk memacu motor di atas 80 km/jam. Namun, niat itu seketika diurungkan karena angin yang seperti menusuk hingga tulang.  Musim kemarau kali ini entah kenapa begitu terasa dingin. Siang yang begitu berkontradiksi dengan datangnya malam yang sangat dingin. Pengaruh angin muson atau apalah, yang pasti di beberapa daerah mengalami kejadian yang sama. Bahkan sampai minus berapa derajat.  Cuaca seperti ini mengingatkan pada rumah. Terletak persis di kaki gunung, Temanggung adalah kuatota yang selalu diselimuti kabut tipis setiap paginya, sedikit sekali disapa matahari, sekaligus juga memiliki air es yang membuat siapapun enggan  untuk mandi pagi.  Hampir setiap pagi, ketika mata masih berusaha menahan kantuk, Bapak sudah siap dengan jaket tebalnya. Jarak tempat kerjanya yang lumayan jauh (satu jam perjalanan) membuatnya harus bersiap-siap sesaat setelah sholat su

Narasi Juang (Bagian I) : "Sayap-Sayap Elang Patah."

Ngapain kuliah? Buang-buang waktu saja.” Kalimat ini terus terbayang hingga pundak dibebankan satu amanah yang berat. ‘Menjadi ketua sebuah organisasi tingkat universitas!’ Baru beberapa semester masuk. Belum tahu apa-apa. Masih buta tentang leadership dam manajemen organisasi. Tapi sudah harus memegang kendali penuh & diberi ekspektasi. Hasilnya ? Sudah dapat ditebak. Tahun-tahun sulit merambah masuk ke kehidupan kampus. Kuliah terbengkalai, tugas dikerjakan waktu deadline semua, organisasi berjalan patah-patah dengan beragam dinamika. Umur organisasi yang baru seumur jagung & ketiadaan mentor membuat saya kebingungan dalam membawanya. Belum lagi loyalitas & integritas anggota yang sangat kurang semakin memperburuk keadaan. Jangan tanya berapa kali merasa kecewa, sakit hati, hingga stres berkepanjangan. Terlalu banyak pengalaman pahit plus getir di sana. Saya yang bela-bela in menerobos panas untuk menghadiri rapat (yang ternyata tidak ada satupun yang dat

Menyapu Pahala

Hari itu Masjid Kauman ramai sekali. Tidak hanya memenuhi masjid sampai pelataran sebagaimana sholat jumat. Jamaah benar-benar membludak bahkan sampai halaman yang luasnya hampir sebesar lapangan sepak bola. Keramaian yang menentramkan. Ibu-ibu menggendong anaknya yang berbusana muslimah sempurna, remaja-reaja berjalan syahdu saling bercanda tawa, bapak-bapak yang beradu temu saling berpelukan. Tidak ada gesekan, tidak ada teriakan-teriakan seperti di pasar, tidak ada kata-kata makian yang keluar. Semuanya berjalan begitu harmonis. Apa sesungguhnya makna beribadah? Apa artinya berislam dalam hidup ini? Apakah harus belajar di pesantren, lalu melanjutkan ke perguruan tinggi di Timur Tengah sana, lantas pulang-pulang jadi ustadz? Mengisi kajian, menjadi imam, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an? Apakah harus masuk organisasi A? Mengikuti setiap pergerakannya? Mentaati segala perintah dan kebijakan yang ada di dalamnya? Pertanyaan-pertanyaan di atas begitu mengusik hati. Fak