Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Mari 'Membenci' Guru

Orang-orang selalu berpikiran aneh. Bagaimana mungkin memuja seseorang yang tidak memiliki apa-apa? Keteneran tidak , harta pun tidak banyak, populer juga apalagi . Guru sama saja dengan profesi lainnya. Tapi kenapa hanya dia yang diagungkan di mana-mana. Kenapa tidak ada lagu tentang tukang becak? Pemulung? Tukang sampah? Padahal jika dipikir-pikir pekerjaan mereka lebih susah daripada hanya sekedar berbicara di depan orang banyak. Masalah jasa? Jangan salah, profesi-profesi lainnya juga tidak kalah berjasanya. Hanya berbeda bidang. Guru di pendidikan, tukang sampah di lingkungan. Apa hebatnya profesi mereka dibandingkan dengan yang lainnya? Bukankah sama saja. Mereka bekerja untuk mendapatkan uang, penghidupan bagi keluarganya, gaji guna memenuhi kebutuhan. Zaman sekarang mana ada guru yang tidak mau dibayar. Tidak mungkin kenyang dengan embel-embel 'pahlawan tanpa tanda jasa, bukan? Mungkin ada guru yang seperti itu. Namun hanya sedikit sekali. 1 banding 1000. Lagipula pe

(Mengaku Sibuk)

'Orang sibuk tidak akan pernah mengaku dia sibuk'. Begitu yang pernah saya dengar dari seseorang. Sebagian orang menghindari kesibukan, karena dia sedang merencanakan kesibukan lain yang menurutnya jauh lebih penting. Sebagian lainnya memilih tidak mengambil kesibukan apapun. Karena menurutnya diam adalah 'kesibukan'nya yang penting. Dengan berbagai macam perspektif berbeda, kesibukan tentu jadi bahasan yang menarik. "Wihh..keren ya kamu. Sibuk banget. Berangkat pagi pulang malam.." "Ngapain sih capek-capek. Nggak dibayar juga.." Memilih kesibukan sama dengan memanggul bara api, penuh dengan resiko & konsekuensi yang harus siap ditanggung kapanpun. Bagi saya pribadi, tidak melakukan apa-apa berdampak pada kemalasan, keengganan beranjak, dan ketidakdisiplinan. Walau sudah cukup disibukkan dengan tugas kuliah, laporan, dan sebagainya. Tetap butuh satu hal yang membuat kita terus bergerak. Ibarat air. Ketika dia menggenang, maka akan jadi sarang

Mengilmui Tanaman

Ilmu manusia diibaratkan setetes air di antara Ilmu Allah yang bagaikan lautan luas. Maka sungguh betapa tidak sebandingnya dan tidak ada apa-apanya kita di hadapan Rabb Yang Maha Kuasa. Itupun jika sudah dipergunakan secara maksimal sesuai batasan kita. Nah, jika masih saja bermalas-malasan, tidak mau belajar, jarang membaca, maka bisa jadi tidak sampai satu tetes. Entah itu seperempat? Sepersepuluh? Seperseribu? Atau malah saking sedikitnya sama sekali tidak bisa dilihat mata lagi. Ilmu itu terserak di mana-mana. Dan apapun itu pasti datangnya dari Allah. Mau ilmu alam,  matematika, fisika, kimia, biologi, dan banyak lainnya. Sesungguhnya manusia tidak serta merta menemukan, tapi Dia lah yang memberi ilham serta hidayah. Sungguh naif rasanya jika manusia sombong atas ilmu yang ia miliki. Bukankah tidak ada yang kuasa mengilmui segalanya? Bill Gates mungkin cerdas dalam komputer & teknologi, tapi tidak yakin dia bisa kedokteran. Einstein brilian dalam fisika, namun sangsi jika d

Susahnya Baca Buku

Terkadang saya suka sedih kepada diri sendiri. Dalam benak sering timbul pertanyaan2 menusuk. Sudah berapa halaman buku yang kamu baca hari ini? Sudah dapet ilmu baru apa saja? Menjadikan kegiatan ini sebagai kebutuhan susah sekali. Pasti ada hal lain mengganggu, apalagi kalau baca buku lama-lama justru timbul rasa kantuk (ini sih emang gara-gara dasar saya yg ngantukan :v). Masyarakat Indonesia pada umumnya yang saya lihat juga begitu, susah sekali mendapati tingkat minat baca yang tinggi. Bahkan dengar-dengar kabarnya negara kita tercinta menduduki peringkat dua terbawah. Ngeri banget ya!! (Semoga saja kabar itu tidak benar). Lalu bagaimana cara melihatnya? Sederhana saja. Silahkan pergi ke tempat-tempat yang banyak bulenya (bandara internasional, destinasi internasional,. Jangan pantai atau diskotik ya! Takut salah niat..hehe). Lihat apa yang mereka lakukan saat senggang. Kalau sepenglihatan saya, mereka pasti menenteng buku dan tentu saja membacanya. Nah, hal kecil itu bisa jadi