Langsung ke konten utama

Narasi Juang (Bagian I) : "Sayap-Sayap Elang Patah."


Ngapain kuliah? Buang-buang waktu saja.” Kalimat ini terus terbayang hingga pundak dibebankan satu amanah yang berat. ‘Menjadi ketua sebuah organisasi tingkat universitas!’

Baru beberapa semester masuk. Belum tahu apa-apa. Masih buta tentang leadership dam manajemen organisasi. Tapi sudah harus memegang kendali penuh & diberi ekspektasi.

Hasilnya ?

Sudah dapat ditebak. Tahun-tahun sulit merambah masuk ke kehidupan kampus. Kuliah terbengkalai, tugas dikerjakan waktu deadline semua, organisasi berjalan patah-patah dengan beragam dinamika.

Umur organisasi yang baru seumur jagung & ketiadaan mentor membuat saya kebingungan dalam membawanya. Belum lagi loyalitas & integritas anggota yang sangat kurang semakin memperburuk keadaan. Jangan tanya berapa kali merasa kecewa, sakit hati, hingga stres berkepanjangan.

Terlalu banyak pengalaman pahit plus getir di sana. Saya yang bela-bela in menerobos panas untuk menghadiri rapat (yang ternyata tidak ada satupun yang datang). Saya yang terpaksa mengeluarkan uang pribadi untuk melaksanakan kegiatan (berkali-kali). Saya yang terus berusaha menghubungi anggota agar bisa kumpul. Saya yang terus memutar cara agar bisa terus berjalan (karena jika berhenti organisasi juga ikut berhenti), dan banyak lagi lainnya.

Perasaan iri muncul tak tertahankan. Saya iri dengan mereka yang punya anggota loyal, yang organisasinya berjalan lancar. Sampai-sampai perasaan 'iri’ berubah menjadi 'menyalahkan’. Saya jadi benci setiap kali ada anggota yang memilih organisasi lain sebagai prioritas mereka. Seakan saya diacuhkan, seakan saya tidak dianggap. Semua itu berlangsung selama 1 tahun & itu menjadi momen-momen terberat selama berkuliah (selain skripsi).

Then, how can i pass through it ?

Seiring waktu berjalan saya jadi belajar banyak hal. Rasa kecewa bertransformasi menjadi pemahaman tentang orang lain yg lebih baik. Lebih dewasa menentukan sikap, mengambil keputusan, menghadapi masalah. Saya jadi lebih menghargai pekerjaan anggota sekecil apapun, memahami siapa yg masih mau bekerja & yang sudah tidak memiliki hati di sana.

Dua tahun berlalu, di saat kepengurusan sudah berganti & sudah dburukkan oleh skripsi. Saya menengok kembali organisasi yang telah membesarkan saya (dengan kejadian² buruk tentunya). Hasilnya tidak lebih baik :). Pengurus menghilang, ketua bekerja sendirian, kegiatan sangat minim sekali.

Apakah saya lalu pergi ? berpikir 'bukan urusan gue lagi, ngapain harus ikut repot-repot lagi?’.

Tidak ! Dengan rasa optimisme tinggi saya mengumpulkan 'mantan-mantan’ (pengurus) saya dulu. Tentu tidak semua, karena yg tersisa tinggal yang masih setia & yang masih mau berjuang bersama.

Mereka menyambut baik ajakan saya. Sepenuh hati ikut membantu. Kita mengadakan rapat setelah itu, merumuskan masalah, mencari solusi. Saya sampai tidak menyangka, mereka rela mengerahkan seluruh tenaga & pikiran untuk itu. Rela pulang tengah malam, patungan demi modal awal organisasi. Ah, terharu rasanya melihat itu semua :(. Betapa bersyukurnya punya anggota seperti mereka. Yang walau dulu sempat membuat saya kecewa, kini begitu totalitas tanpa dipaksa.

Berkat perjuangan itu, tercetuslah narasi organisasi dengan semangat yang baru. Sistem dirubah, nama dirombak untuk re-branding promosi. Berakhir di pemilihan ketua & pengurus yang baru.

Apakah ke depan akan berhasil ?

Saya tidak tahu, sungguh-sungguh tidak tahu. Tapi saya yakin bahwa semesta selalu jujur membalas siapapun yang berusaha dengan keras & tidak pantang menyerah.

Saya bangga, pada diri sendiri yang memilih untuk terus bertahan di tengah rasa sakit & keinginan untuk berhenti berjuang.

Juga untuk teman-teman saya (yang di foto ini, tapi minus berapa orang). Yang tidak berhenti memberi dukungan pada saya yg punya banyak kekurangan.

Terakhir, untuk ketua & pengurus baru organisasi. Mereka adalah produk dari semangat yang baru. Saya menaruh harapan besar untuk mereka, dan yakin mereka dapat terbang lebih tinggi !

“A million dreams, start from a one-step forward!”

Selamat mengangkasa :)

@wafiqzuhair

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup bersama Impian

"A dream is a wish your heart makes" - Walt Disney Mimpi adalah hak setiap orang. Semua orang boleh bermimpi. Lagipula, mimpi itu gratis dan tidak perlu mengeluarkan tenaga apapun. Hanya membutuhkan sedikit pemikiran, bahkan bisa yang hanya terlintas sejenak, lalu tulis di selembar tulisan. Selesai. Mimpimu sudah jadi. Sesedarhana itu saja. Banyak orang yang menyangsikan kekuatan sebuah mimpi. Jujur, saya juga mempunyai pikiran yang sama pada mulanya. Memang sih, ada banyak kisah-kisah bagaimana seseorang bisa mencapai mimpinya, banyak juga saya mendengar motivator-motivator, membaca buku-buku tentang hebatnya suatu mimpi. Tapi tetap saja saya tidak langsung percaya begitu saja. Seiring berjalannya waktu, Saya menyadari satu hal. Bermimpi itu sangat gampang, dan alasan kenapa banyak orang tidak melakukannya adalah karena menganggap bahwa mimpi itu kurang penting, mereka lebih percaya kerja keraslah yang dapat menentukan hasil akhir. Menurut saya, kerja keras memang p...

Musuh Mahasiswa

Setiap orang punya musuh. Sama. Mahasiswa juga punya. Entah mahasiswa di daerah lain beranggapan sama atau tidak. Bagi kami. Mahasiswa daerah timur Indonesia. Musuh kami ada dua. Mati lampu dan sinyal internet. Lagi asyik-asyiknya ngerjain tugas a.k.a buka facebook atau youtube . Gadget kami dijejali oleh sebuah hal yang sangat mengerikan! Bukan virus, spam , atau malware berbahaya. Melainkan satu kalimat menyesakkan. 'No Internet Connection" Itu yang pertama. Yang kedua adalah mati listrik. Di daerah kami mati listrik seakan menjadi teman baik. Senantiasa membersamai setiap hari. Setiap satu minggu sekali bisa dipastikan ada masanya semua menjadi gelap. Pet! Kegiatan seperti mengecas hp dan memasak nasi memakai rice cooker menjadi terganggu. Awalnya memang tidak nyaman. Tapi lama-lama menjengkelkan juga. (Lah, apa bedanya? :v) Oke. Cukup. Itu dua hal yang menjadi musuh bersama. Dan saya meyakini satu hal. Tidak akan ada yang bisa berdamai dengan kedua hal itu. Tidak sa...

Seklumit Hikmah dari Bima

Yang namanya musibah memang misterius. Tidak ada orang yang tahu. Seringnya datang dengan tiba-tiba. Tanpa disadari dan tanpa ada yang mempersiapkan dalam menghadapinya. Seperti hari itu, saya mendapat berita bahwa ada kebakaran hebat yang melanda Pulau Bajo yang terletak di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Saya adalah seorang perantau yang tinggal di Kabupaten Sumbawa Besar. Tentu kabar ini sangat mengejutkan bagi saya. Mengingat Sumbawa-Bima berada dalam satu pulau yang sama.Dan saya baru mendapat kabar tersebut beberapa hari setelah peristiwa terjadi. Maka, berangkat dari rasa simpati saya dan beberapa teman dari sebuah lembaga sosial, kami memutuskan untuk mengirimkan bantuan ke sana. Malam itu cuaca tampak bersahabat. Kami mempersiapkan barang-barang pribadi untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Walaupun berada dalam pulau yang sama, jarak antara Sumbawa dan Bima tidak bisa dikatakan dekat. Perlu setidaknya 8 jam untuk mencapai Kota Bima. Maka dari itu, sengaja kami memil...