'Orang sibuk tidak akan pernah mengaku dia sibuk'. Begitu yang pernah saya dengar dari seseorang. Sebagian orang menghindari kesibukan, karena dia sedang merencanakan kesibukan lain yang menurutnya jauh lebih penting. Sebagian lainnya memilih tidak mengambil kesibukan apapun. Karena menurutnya diam adalah 'kesibukan'nya yang penting. Dengan berbagai macam perspektif berbeda, kesibukan tentu jadi bahasan yang menarik.
"Wihh..keren ya kamu. Sibuk banget. Berangkat pagi pulang malam.."
"Ngapain sih capek-capek. Nggak dibayar juga.."
Memilih kesibukan sama dengan memanggul bara api, penuh dengan resiko & konsekuensi yang harus siap ditanggung kapanpun. Bagi saya pribadi, tidak melakukan apa-apa berdampak pada kemalasan, keengganan beranjak, dan ketidakdisiplinan. Walau sudah cukup disibukkan dengan tugas kuliah, laporan, dan sebagainya. Tetap butuh satu hal yang membuat kita terus bergerak. Ibarat air. Ketika dia menggenang, maka akan jadi sarang penyakit & beraroma tidak sedap.
Kesibukan bukan tentang mencari nama, kebanggaan, pujian teman, penghargaan dosen, apalagi sarana balik ke mantan. Tapi itu adalah cara kita untuk terus 'mengalir' & menganak sungai agar tidak jadi kubangan yang hina. Hari, ketika dipenuhi oleh kegiatan tentu akan terasa lebih lama dibandingkan jika hanya berdiam diri di kamar.
Mumpung masih muda, di mana kekuatan & spirit sedang tinggi-tingginya. Masih jomblo juga kan?, Jadi tidak bakal ada yang mencari kalaupun 3 kali lebaran tidak pulang-pulang.
Mari bersibuk diri! Entah itu ikut organisasi, latihan teater, jadi panitia ini itu, ikut lomba di sini di situ, rapat, dan sebagainya. Karena kesempatan itu tidak selalu datang, maka kita yang harus membuatnya.
Komentar
Posting Komentar